Jumat, 14/1/2011 | 13:43 WIB
KOMPAS.com - Optimisme pada anak, khususnya yang beranjak dewasa mampu mengusir depresi dan melindunginya dari masalah emosional. Dalam studi terhadap 5.600 anak pra-remaja di Australia, ditemukan bahwa pikiran yang optimis bisa membantu melindungi anak dari masalah emosional, seperti sikap antisiosial, penggunaan narkoba, depresi, dan lainnya.
Optimisme adalah hal yang penting dalam kesehatan anak dan diperlukan untuk membuatnya menghadapi permasalahan hidup yang menekan. Menurut dr Leslie Walker, Kepala Bagian dari Rumah Sakit Anak di Seattle mengatakan, sifat semacam ini bisa dibentuk. Namun, menurutnya, untuk hal ini, yang terpenting adalah contoh dari orangtua.
"Mencontoh orangtua adalah cara anak belajar menjalani hidup. Jika orangtua adalah tipe yang optimistis menghadapi hidup, Anda akan melihat anaknya juga akan seperti itu," jelas Walker seperti dikutip dari msnbc.com. Berikut adalah beberapa tips untuk membuat anak lebih optimis:
Mendengar dengan seksama
Kunci untuk mendapatkan rasa percaya dari anak adalah dengan membiarkannya mengutarakan apa yang ingin ia ungkap, dan Anda sebagai orangtua harus mendengar tanpa menghakimi. Menurut Walker, anak-anak memiliki perasaan yang kuat tetapi tak memiliki kata-kata untuk mengekspresikannya. Cerita yang ia utarakan pun merupakan bagian dari pembelajaran proses berpikir mereka. Mereka bisa saja bilang, "Saya benci Matematika!" padahal apa yang sebenarnya ingin mereka sampaikan adalah "Bagaimana caranya saya bisa belajar Matematika dengan lebih baik?" Tugas para orangtualah untuk mencari tahu apa yang ingin mereka ucapkan.
Hindari pelabelan
Sadar atau tidak, anak-anak akan berusaha memenuhi atau melawan segala ekspektasi orangtuanya. Jadi, setiap kali Anda mengatakan, "Anak kedua saya adalah anak saya yang paling pemalu," dan itu didengar oleh si kecil, maka hal itu akan menjadi identitas permanen dalam dirinya. Pelabelan negatif pada anak bisa membahayakan konsep diri anak, dan membuat orangtua menghadapi hal yang tak ia sukai dalam diri anak terus menerus.
Bentuk ulang, jangan dihindari
Anak remaja ingin ditangani dan dimengerti dengan serius. Untuk melakukan hal tersebut, orangtua harus menghadapi keadaannya. Contoh, jika si anak menyatakan mereka tidak suka pergi ke sekolah, bukan hal yang realistis untuk menjawab dengan kata-kata normatif dan klise, seperti, "Tenang saja, semua akan baik-baik saja, kok." Tanyakan lebih lanjut apa yang mengganggunya dan membuatnya tidak nyaman pergi ke sekolah, dan carilah hal-hal yang ia sukai di sekolah. Fokuskan pada hal itu dan bantu ia menghadapi masalah yang membuatnya enggan pergi ke sekolah. Cari tahu pula apakah ini hasil dari orang yang mengganggunya (bullying).
Melihat sisi terang
Menurut Walker, amat penting untuk menunjukkan kepada si kecil mengenai sisi baik dan sisi buruk dari setiap situasi yang ia hadapi, dorong ia untuk melihat sisi terangnya. Saat si kecil merasa sedih dan melihat dunia sebagai tempat yang sangat buruk untuk ditinggali, Anda bisa merespon dengan kata-kata bahwa dunia butuh keseimbangan dan hal-hal buruk bisa terjadi. Karena ada hal-hal buruk itulah ia bisa melihat hal-hal baik dan menghargainya lebih baik.
Optimisme dan harapan adalah hal yang sangat erat dan kadang terabaikan oleh para orangtua. Padahal hal itu diperlukan oleh anak untuk bangun di pagi hari dan mencoba menjalani hari lagi.
NAD
Editor: Nadia Felicia
Sumber: msnbc
Optimisme adalah hal yang penting dalam kesehatan anak dan diperlukan untuk membuatnya menghadapi permasalahan hidup yang menekan. Menurut dr Leslie Walker, Kepala Bagian dari Rumah Sakit Anak di Seattle mengatakan, sifat semacam ini bisa dibentuk. Namun, menurutnya, untuk hal ini, yang terpenting adalah contoh dari orangtua.
"Mencontoh orangtua adalah cara anak belajar menjalani hidup. Jika orangtua adalah tipe yang optimistis menghadapi hidup, Anda akan melihat anaknya juga akan seperti itu," jelas Walker seperti dikutip dari msnbc.com. Berikut adalah beberapa tips untuk membuat anak lebih optimis:
Mendengar dengan seksama
Kunci untuk mendapatkan rasa percaya dari anak adalah dengan membiarkannya mengutarakan apa yang ingin ia ungkap, dan Anda sebagai orangtua harus mendengar tanpa menghakimi. Menurut Walker, anak-anak memiliki perasaan yang kuat tetapi tak memiliki kata-kata untuk mengekspresikannya. Cerita yang ia utarakan pun merupakan bagian dari pembelajaran proses berpikir mereka. Mereka bisa saja bilang, "Saya benci Matematika!" padahal apa yang sebenarnya ingin mereka sampaikan adalah "Bagaimana caranya saya bisa belajar Matematika dengan lebih baik?" Tugas para orangtualah untuk mencari tahu apa yang ingin mereka ucapkan.
Hindari pelabelan
Sadar atau tidak, anak-anak akan berusaha memenuhi atau melawan segala ekspektasi orangtuanya. Jadi, setiap kali Anda mengatakan, "Anak kedua saya adalah anak saya yang paling pemalu," dan itu didengar oleh si kecil, maka hal itu akan menjadi identitas permanen dalam dirinya. Pelabelan negatif pada anak bisa membahayakan konsep diri anak, dan membuat orangtua menghadapi hal yang tak ia sukai dalam diri anak terus menerus.
Bentuk ulang, jangan dihindari
Anak remaja ingin ditangani dan dimengerti dengan serius. Untuk melakukan hal tersebut, orangtua harus menghadapi keadaannya. Contoh, jika si anak menyatakan mereka tidak suka pergi ke sekolah, bukan hal yang realistis untuk menjawab dengan kata-kata normatif dan klise, seperti, "Tenang saja, semua akan baik-baik saja, kok." Tanyakan lebih lanjut apa yang mengganggunya dan membuatnya tidak nyaman pergi ke sekolah, dan carilah hal-hal yang ia sukai di sekolah. Fokuskan pada hal itu dan bantu ia menghadapi masalah yang membuatnya enggan pergi ke sekolah. Cari tahu pula apakah ini hasil dari orang yang mengganggunya (bullying).
Melihat sisi terang
Menurut Walker, amat penting untuk menunjukkan kepada si kecil mengenai sisi baik dan sisi buruk dari setiap situasi yang ia hadapi, dorong ia untuk melihat sisi terangnya. Saat si kecil merasa sedih dan melihat dunia sebagai tempat yang sangat buruk untuk ditinggali, Anda bisa merespon dengan kata-kata bahwa dunia butuh keseimbangan dan hal-hal buruk bisa terjadi. Karena ada hal-hal buruk itulah ia bisa melihat hal-hal baik dan menghargainya lebih baik.
Optimisme dan harapan adalah hal yang sangat erat dan kadang terabaikan oleh para orangtua. Padahal hal itu diperlukan oleh anak untuk bangun di pagi hari dan mencoba menjalani hari lagi.
NAD
Editor: Nadia Felicia
Sumber: msnbc
No comments:
Post a Comment