Jumat, 05 November 2010 14:16 |
MALANG – Yayasan Arema kembali menegaskan sikapnya yang menolak ikut bergabung di Liga Primer Indonesia. Bentuk penolakan itu dilakukan manajemen Arema dengan mengembalikan uang pinjaman sebesar Rp 1,5 miliar dari Bank Saudara (Medco Grup). Pasalnya pinjaman tersebut disebut-sebut sebagai upaya LPI untuk menjerat Arema. Untuk itu, uang yang terlanjur diterima tersebut akhirnya dikembalikan, dan tim kebanggaan Aremania memutuskan tetap tampil di Indonesia Super League. Sementara menyikapi klaim dari pihak LPI bahwa Arema masih terdaftar ikut LPI, Yayasan Arema menegaskan bahwa Singo Edan tetap mengikuti kompetisi ISL. Itu berdasarkan hasil rapat Yayasan Arema yang direlease kemarin sore. ’’Menyikapi informasi di media terkait klaim keikutsertaan Arema Indonesia di LPI, hasil rapat Yayasan Arema memutuskan bahwa Arema Indonesia tetap mengikuti kompetisi ISL,’’ ungkap manajer media officer Arema, Sudarmaji. ’’Perlu dijelaskan ke Aremania sebagai suporter Arema Indonesia bahwa ada upaya pihak-pihak yang ingin memecah belah keutuhan Arema dan Aremania dengan berusaha mengklaim atas kepemilikan maupun keikutsertaan di kompetisi LPI,’’ sambungnya. Manajemen Arema pun menghimbau agar Aremania bersatu padu melawan upaya pemecah belahan tersebut. Pasalnya, menurut Darmaji, Arema Indonesia ini adalah milik Aremania. ’’Jangan usik perjalanan Arema Indonesia yang mulai mengukir prestasi baik di tingkat nasional dan Asia. Untuk itu, keputusan tegas ini menjadi bagian penting dari keseriusan dan komitmen Arema Indonesia untuk fokus menjalani kompetisi resmi yang dikelola PT Liga Indonesia yang disetujui PSSI dan AFC,’’ jelas Darmaji. Lebih lanjut, mantan wartawan ini menegaskan, selama ini tidak ada komitmen dengan konsorsium LPI. Meski juga tidak dibantahnya, komitmen manajemen Arema justru dengan pihak Bank Saudara, sebatas komitmen sponsorship. ’’Dan tidak pernah ada presentasi soal LPI. Karena itu, bila ada klaim kepemilikan Arema berpindah dan otomatis ikut LPI, itu sungguh diluar komitmen dan ada indikasi memecah Arema dan Aremania, sebab sampai saat ini, Arema Indonesia putuskan tetap eksis di ISL,’’ yakin Darmaji. Pria asal Banyuwangi ini tak merinci pihak-pihak yang dianggap memecah belah keutuhan Arema, namun dinilainya ada indikasi kearah tersebut. Boleh jadi, itu dilakukan piha-pihak yang selama ini tidak terakomodir di Arema, atau pihak yang pernah dikecewakan Arema. Tarik ulur kompetisi ISL dan LPI pun menjadi bahan untuk memperkeruh suasana, atau menurut Darmaji sebagai upaya untuk memecah belah Arema Indonesia. Upaya tersebut, tampaknya juga dilakukan secara sitematis, dengan tujuan menyeret tim Arema gabung LPI. Terpisah, Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid secara resmi mengeluarkan surat ancaman terhadap siapa saja, yang terlibat dalam urusan LPI. ‘’Kami (PSSI) harus tegas. Kami tidak mau diombang-ambingkan klub-klub sepakbola. Organisasi sepakbola resmi di Indonesia adalah PSSI. Karena itu, semua harus tunduk ke PSSI,’’ tandas Nurdin Halid, Ketua Umum PSSI kepada Malang Post melalui saluran ponselnya, Jumat siang. Nurdin, lelaki kelahiran Watanpone 17 Nopember 1958 ini, kemudian berusaha merinci materi surat ancaman yang akan dibagikan ke seluruh insan sepakbola di Indonesia. Tetapi, karena kondisinya tidak memungkinkan, Nurdin hanya minta agar beberapa sanksi yang akan dikeluarkan dijadikan informasi utama bagi klub-klub sepakbola. Menurut dia, jika klub sepakbola yang berdiri di bawah naungan PSSI kemudian menyeberang ke LPI maka seluruh kehidupan klub tersebut akan dengan sendirinya dianggap tidak ada. Dengan kata lain, klub itu tidak lagi memiliki kekuatan apapun di industri sepakbola di Indonesia. Diantaranya, lanjut dia, pelatih klub yang menyeberang ke LPI maka linsensi kepelatihannya akan dicabut. Otomatis, pencabutan lisensi itu akan berpengaruh terhadap linsensi lainnya, yang dihasilkan dengan rekomendasi dari PSSI. ‘’Dia bisa mendapat linsensi sebagai pelatih dari luar negeri, pasti karena rekomendasi PSSI,’’ tuturnya. Tidak itu saja, pemain asing yang sekarang ini merumput di Indonesia kemudian diketahui membela klub sepakbola yang masuk LPI, maka pemain bersangkutan akan langsung dikeluarkan dari Indonesia atau dikembalikan ke negaranya. Sebab, mereka bisa main di Indonesia karena rekomendasi PSSI. ‘’Pokoknya, klub sepakbola yang ikut LPI, maka klub itu dengan sendirinya akan berhadapan dengan PSSI. Kami ingin anggota berjalan sesuai aturan yang ada. Aturan diluar PSSI berarti liar. Makanya, perlu kami tertibkan. Sanksi berat pun sudah kita keluarkan hari ini (kemarin, Rd.),’’ paparnya dengan tidak menyebutkan nomor surat dimaksudkan. Sementara itu dihubungi secara terpisah Haruna Sumitro, Ketua Pengprov PSSI Jatim menyebutkan, langkah PSSI menertibkan anggotanya dinilai sangat tepat. Tidak hanya klub, pelatih, pemain dan atau manajemen klub harus sepenuhnya tunduk terhadap peraturan PSSI. ‘’Coba Anda bayangkan, pelatih dapat linsensi kepelatihan dari PSSI. Kemudian dia menggunakan lisensi itu di tempat yang tidak benar (LPI), masa PSSI akan diam saja. Ibaratnya, kami berikan dia SIM untuk mobilnya PSSI, ehh ternyata dipakai nyopir mobil lainnya,’’ ujarnya berdalih. Dikatakan Haruna, peringatan PSSI terkait munculnya persoalan LPI dinilai tindakan tepat. Karena itu, klub-klub sepakbola yang nekad hendak menyeberang ke LPI diminta berpikir ulang. ‘’Kalau PSSI dianggap kurang dalam pelayanan, mari sama-sama kita benahi. Wong kita juga terbuka untuk semua pihak kok,’’ tandasnya. (bua/has/avi) |
Saturday, 6 November 2010
Awas, Arema Dikisruh
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment